Perkembangan dunia kerja dari dari tahun ke tahun menampakan adanya perubahan demografi di beberapa negara termasuk Indonesia, salah satunya telah merubah susunan porsi angkatan kerja dalam dunia usaha. Hal ini terbukti dengan meningkatnya keikutsertaan wanita dalam dunia kerja formal di berbagai sektor usaha dan industri. Peningkatan ini mengindikasikan bahwa wanita tidak hanya selalu berada dirumah sebagai seorang ibu rumah tangga belaka. Alasan berbeda diberikan atas peran serta wanita masuk lapangan kerja, selain adanya peningkatan kebutuhan hidup, tuntutan ekonomi rumah tangga juga adanya kebutuhan aktualisasi diri untuk sejajar dan mendapat pengakuan dalam masyarakat.
Peran aktif para wanita pekerja tersebut tentu membawa konsekuensi lain dalam kehidupan pribadi mereka. Paradigma ini memunculkan peran ganda yang harus mereka lakoni dalam kehidupan sehari-hari. Dua beran tersebut berupa pengambilan tanggungjawah dalam operasional rumah tangga dan tanggung jawab dalam karir pekerjaan. Fenomena ini akan membawa mereka pada suatu titik keadaan yang oleh para ahli disebut sebagai work-family conflict (WFC). WFC merupakan bentuk konflik peran ganda dimana tuntutan peran pekerjaan dan keluarga secara mutual tidak dapat diabaikan dan disejajarkan.
WFC umumnya akan muncul tatkala adanya pertemuan kedua kepentingan tersebut pada waktu yang bersamaan dalam porsi yang saling bersaing untuk diutamakan. Konflik akan semakin tajam apabila salah satu peran yang berasal dari domain (pekerjaan atau keluarga) tidak sesuai dengan tuntutan peran yang berasal dari domain yang lain (keluarga atau pekerjaan). Hal ini akan memunculkan pertentangan dari suatu pemikiran yang dirasa membawa suatu pengaruh yang negatif.
Bebanpun semakin dirasakan saat kedua peran datang bersamaan yang sama-sama membutuhkan perhatian serius. Sebagai contoh banyaknya waktu yang dicurahkan untuk pekerjaan yang memerlukan fokus dan tekanan waktu akan menghalangi seseorang dalam menjalankan kewajibannya di rumah, atau sebaliknya urusan keluarga seperti tidak adanya assisten rumah tangga atau anak sakit akan menghalangi seseorang untuk datang ke tempat kerja tepat waktu.
Penelitian ilmiah yang dilakukan oleh beberapa ahli pada dekade terakhir membuktikan ketidak mampuan wanita dalam menyelaraskan WFC ditemukan memiliki hubungan yang signifikan terhadap stres kerja. Beberapa penelitian juga melaporkan stres yang dihadapi dapat mempengaruhi beberapa hal dalam kehidupan mereka berumah tangga maupun pekerjaan, kekurang harmonisan dalam hubungan keluarga dan menurunnya kinerja dan motivasi kerja adalah salah satu bukti yang ditemukan dalam beberapa studi terdahulu. Dimana yang pada akhirnya, ketidakseimbangan menjalankan kedua peran tersebut dapat berdampak pada kesehatan fisik dan psikis mereka.
Berbagai upaya perlu dilakukan guna mengatasi konflik peran ganda yang dihadapi oleh wanita pekerja. Disini dukungn faktor internal dan eksternal sangat dibutuhkan oleh mereka yang mengalaminya. Dukungan faktor internal berasal dari dalam diri mereka, diantaranya dengan mengolah kemampuan diri untuk mengatasi permasalahan, kemampuan mengelola emosi, kemampuan membagi waktu dan komitmen diri yang tinggi terhadap keseimbangan dari kedua peran tersebut. Kemampuan coping atau usaha untuk meminimalisir tekanan yang dirasakannya akan membawa kesuksesan mereka dalam menjalani kedua peran tersebut. Faktor eksternal atau dukungan dari luar diri juga tidak kalah memiliki pengaruh yang penting bagi keharmonisan kedua peran, diantaranya yang berasal dari dukungan keluarga, dukungan rekan kerja serta dukungan organisasi dan kehidupan sosial lainnya. Dukungan positif dan harmonis dari kedua faktor tersebut akan memberikan dampak lebih menyehatkan untuk mencapai keseimbangan kehidupan (healthier work-life balance) diantara kedua peran yang mereka lakoni.